“ Sama halnya dengan seribu origami yang mewujudkan satu harapan, seribu rangkaian jala mimpi mewujudkan satu ide brilian. ”
Pernah
membuat origami burung ? Pernah mencoba membuatnya sampai berjumlah seribu
origami? Mungkin sebelum kita membuatnya kita punya suatu hal yang sudah lama
kita inginkan. Harapan. Sebuah harapan yang sudah sejak lama tertanam dalam
jati diri kita namun belum sempat terwujud. Dan dari semua harapan itulah yang
membuat kita memiliki niat yang besar untuk berhasil membuat seribu origami
dengan kedua tangan kita. Kedua tangan yang terus mencoba melipat sisi sisi
kertas dan berakhir sempurna. Seribu origami burung telah selesai sempurna.
Bukankah
sangat menyenangkan dan melegakan bisa membuat seribu origami secara sempurna?
Rasa itu pasti hadir saat kita berhasil membuatnya. Namun pernahkah kalian
merasa kecewa saat kalian telah membuat seribu origami sempurna namun satu
harapan yang seharusnya terwujud itu takkan pernah bisa terwujud? Aku pernah.
Aku pernah membuatnya. Aku pernah menaruh satu harapan didalamnya. Seribu
origami burung yang sempurna namun takkan lagi sempurna. Terlalu polos memang
untuk sekedar percaya pada sebuah mitos. Tapi dibalik satu harapan yang tak
terwujud ada banyak pelajaran yang bisa diambil untuk kehidupan kita ke
depannya. Ya, walau sempat kecewa karena gagal mendapatkan apa yang aku mau,
setidaknya aku masih punya satu hal yang dapat aku bagikan dengan kalian.
Dan
sekarang waktunya memutar ulang proses pembuatannya. Sedikit flashback tapi tak
berarti gagal move on. Seperti dalam sebuah film, ada satu kata mutiara yang
bilang begini “ ideologi itu damai, tapi sejarah itu kejam.”. bukankah itu
benar terjadi? Dalam sejarah kehidupan
kita sendiri? Sejarah itu menceritakan waktu lampau. Dan waktu lampau itu
sendiri, dimulai dari segala siksaan penjajah, kerja paksa, sampai sekarang
mungkin kita tak merasa dijajah oleh penjajah karena kita sudah merdeka. Tapi
apakah sebenarnya kita sudah benar benar merdeka? Kau tahu jawabnya? Kita masih
dijajah diri kita sendiri. Dan aku rasa flashback ini sudah sangat jauh dan
sangat berbasa basi bila aku tetap melanjutkan flashback itu dengan kata kata
puitis. Karena jujur saja, aku tak pandai dalam merangkai kata indah seperti
seorang penyair. Ya, cukup kata sederhana tapi bermakna.
Ini
kesanku tentang origami. Sebuah kertas lipat biasa yang masih bersih tanpa noda
seolah menggambarkan sewaktu kita kecil, kita masih anak anak dengan muka polos
belum mengerti apa itu harapan, apa itu cita cita, apa itu masa depan, dan apa
itu kecewa. Sampai suatu saat kertas itu mulai dilipat untuk membentuk suatu
kerangka awal origami. Kita mulai mengerti tentang sebuah asa dan kita mulai
menuliskannya dalam setiap lembar kehidupan kita. Setelah itu, kertas yang
tadinya hanya sebuah kerangka awal kini dibentuk sedemikian rupa menyerupai
seekor burung yang akan terbang, semakin rumit dan semakin sulit. Banyak
diantara kita yang sering gagal dan mengeluh pada proses ini. Berapa puluh
lembar yang kalian buang karena gagal mencoba proses ini? Atau mungkin kalian
malah memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ini karena kalian merasa
terlalu sulit? Sama seperti kehidupan kita sekarang. Ini adalah proses utama
kita untuk mencapai harapan kita, mencapai suatu kata sempurna. Terus mencoba sampai
berhasil, terus terus dan terus. Dan sampai akhirnya sebuah origami
terselesaikan dengan sempurna. Harapan untuk mendapatkan hasil terbaik dari
usaha kita terwujud.
Itu
baru satu origami, bagaimana dengan sembilan ratus sembilan puluh sembilan origami
burung lainnya? Ini yang namanya tantangan. Tebarkan jala mimpimu, tangkaplah
berbagai ide brilian untuk menyelesaikannya. Seribu origami mengajarkanku kalau
sebenarnya sebuah harapan dikatakan terwujud dengan sempurna dilihat dari
sebuah perjuangan dibalik keberhasilannya. Seberapa jauh mau berpikir, itu pula
yang akan tercapai. So, what you see is what you get. Explode your self! Think
and create your future.
1 komentar:
Posting Komentar