Sabtu, 31 Januari 2015

Tentang Rasa Tak Bernama


Malam ini aku kembali ditemani oleh butiran butiran air hujan yang sejak tadi siang tak kunjung mereda. Entah kenapa, pikiranku mulai melayang ketika melihat secangkir kopi yang berada tak jauh dari jarak pandangku. Pikiranku mulai kembali mengingat rasa tak bernama itu. Rasa yang selalu menghantuiku ketika aku berada di tengah tengah keheningan malam. Rasa yang selalu datang dan menghilang tanpa alasan. Rasa yang selalu berhasil membawaku terbang ke bulan dan menjatuhkanku di jurang yang paling dalam. Rasa yang membuatku bertahan. Rasa itu selalu mengingatkanku pada beberapa malaikat yang terkadang berada sangat dekat, dan lebih dekat seakan ada lem yang menempel disetiap sudutnya.
Ah, ini hanyalah sebuah rasa. Rasa yang tak pernah berguna. Rasa itu hanyalah sebuah ilusi. Hanyalah sebuah  I L U S I. Ilusi yang tak pernah ada habisnya. Seberapa lama rasa ini akan terus menghantui? Seberapa lama rasa ini akan terus menyerang seluruh anggota badanku seperti layaknya sebuah penyakit ganas yang paling mematikan dan belum ada penawarnya? Apakah ia akan berakhir jika aku sudah tiada? Selama itukah? Sampai detik ini, menit ini pun aku masih bertahan. Bertahan untuk melawan rasa itu. Rasa yang seharusnya tak boleh terjadi. Dan aku harus bisa menyingkirkannya dari dalam diri ini. Tapi apa? Apa yang aku bisa? Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Sementara rasa itu sendiri semakin mengakar dalam jantung. Sampai sampai detak jantung pun semakin bergerak cepat saat rasa itu mulai datang. Dan ketika itu terjadi, aku hanya bisa diam seribu bahasa. Mulut seakan terkunci dengan sepuluh ribu gembok yang kuncinya sudah terbuang entah kemana. Sulit sekali untuk mengatakan kalau aku tak menginginkan rasa itu hadir.
Bodoh ! ya, memang semua orang yang memiliki rasa itu akan tampak terlihat seperti orang bodoh. Melakukan semua hal diluar kendali mereka. Ya, aku tahu jika aku diam maka rasa itu akan semakin menyerangku dengan bakteri bakterinya itu. Tetapi jika aku berusaha melawannya itu hanya akan menyakiti diriku sendiri. Ah,konflik lagi..

Biarkan saja rasa itu menggerogoti tubuhku, biarkan saja aku menderita karna keputusanku sendiri. Jika itu lebih baik, biarkan saja rasa itu terbawa dalam hembusan nafas disela sela hidupku. Aku hanya ingin tertidur lelap di malam yang dingin ini. Bermimpi melihat bulan dan bintang bintang yang menerangi langit malam. Dan berharap ada satu kesatria yang berhati mulia berkorban demi sebuah rasa tak bernama.
 
Aalona's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template