Rabu, 14 Oktober 2015

Analogi Rasa



Kali ini kau merangkai kata. kau menggores pena. kau biarkan tanganmu menari dalam dimensi cerita. Pernahkah kau tanyakan pada hati. Apa itu esensi ? Kau menulis karya atau sekedar menuangkan imajinasi semata? Kau menulis karena hatimu berbisik atau hanya untuk membuatmu menarik? Kau menulis mengutamakan makna atau ingin membuang waktumu sia sia?

Pernahkah hatimu bertanya, Apa itu rasa? Aku menyebutnya dengan rasa tak bernama. Mulai dari hal sederhana. Bukan satu cerita, bukan satu paragraf, bukan satu kalimat. Tapi kata. Bagaimana rasa dari sebuah kata? Kita lemah dengan kata. Kata kita diantara tanya. Barangkali, rasa itu seperti menulis cerita. Kau berani biarkan jarimu merangkai kata. Kau biarkan mulutmu ungkapkan rasa. Kau biarkan hatimu berimajinasi untuk sementara.

Tanpa menulis imajinasimu terkikis. Tanpa ditulis rasa itu hilang terkikis. Seperti diam diam mencinta namun mendamba. Rasamu hanya akan berjalan di tempatnya semula. Dengan menulis gelisahmu kian menyapa. Pencerca dimana mana. Seperti mencintai tanpa dihargai. Rasamu hanya akan berakhir di relung elegi.

Seringkali kudengar, orang berkata," Tulisanmu buruk.". Katanya itu tempa. Bagiku itu hanya pengiring luka. Di sudut ruang, aku ingin menulis. Lupakan semua luka usang. Enyahkan sudut hati yang bimbang. Menulis, menulis, dan menulis. Tak ingat bila hati terkikis. Pernahkah kau tanyakan pada hati, untuk siapa kau menulis? Mungkin hati akan menjawab kau menulis karena orang. Pada akhirnya kita akan tahu kapan diri senang saat hati dan tangan berpadu. pada akhirnya kita yang paling tahu kapan jari menari dengan hati menggebu.
 
Aalona's Blogger Template by Ipietoon Blogger Template