Malam
ini aku kembali ditemani oleh butiran butiran air hujan yang sejak tadi siang
tak kunjung mereda. Entah kenapa, pikiranku mulai melayang ketika melihat
secangkir kopi yang berada tak jauh dari jarak pandangku. Pikiranku mulai
kembali mengingat rasa tak bernama itu. Rasa yang selalu menghantuiku ketika
aku berada di tengah tengah keheningan malam. Rasa yang selalu datang dan
menghilang tanpa alasan. Rasa yang selalu berhasil membawaku terbang ke bulan
dan menjatuhkanku di jurang yang paling dalam. Rasa yang membuatku bertahan.
Rasa itu selalu mengingatkanku pada beberapa malaikat yang terkadang berada
sangat dekat, dan lebih dekat seakan ada lem yang menempel disetiap sudutnya.
Ah,
ini hanyalah sebuah rasa. Rasa yang tak pernah berguna. Rasa itu hanyalah
sebuah ilusi. Hanyalah sebuah I L U S I.
Ilusi yang tak pernah ada habisnya. Seberapa lama rasa ini akan terus
menghantui? Seberapa lama rasa ini akan terus menyerang seluruh anggota badanku
seperti layaknya sebuah penyakit ganas yang paling mematikan dan belum ada
penawarnya? Apakah ia akan berakhir jika aku sudah tiada? Selama itukah? Sampai
detik ini, menit ini pun aku masih bertahan. Bertahan untuk melawan rasa itu.
Rasa yang seharusnya tak boleh terjadi. Dan aku harus bisa menyingkirkannya
dari dalam diri ini. Tapi apa? Apa yang aku bisa? Aku tak tahu apa yang harus
aku lakukan. Sementara rasa itu sendiri semakin mengakar dalam jantung. Sampai
sampai detak jantung pun semakin bergerak cepat saat rasa itu mulai datang. Dan
ketika itu terjadi, aku hanya bisa diam seribu bahasa. Mulut seakan terkunci
dengan sepuluh ribu gembok yang kuncinya sudah terbuang entah kemana. Sulit
sekali untuk mengatakan kalau aku tak menginginkan rasa itu hadir.
Bodoh
! ya, memang semua orang yang memiliki rasa itu akan tampak terlihat seperti
orang bodoh. Melakukan semua hal diluar kendali mereka. Ya, aku tahu jika aku
diam maka rasa itu akan semakin menyerangku dengan bakteri bakterinya itu.
Tetapi jika aku berusaha melawannya itu hanya akan menyakiti diriku sendiri.
Ah,konflik lagi..
Biarkan
saja rasa itu menggerogoti tubuhku, biarkan saja aku menderita karna
keputusanku sendiri. Jika itu lebih baik, biarkan saja rasa itu terbawa dalam
hembusan nafas disela sela hidupku. Aku hanya ingin tertidur lelap di malam
yang dingin ini. Bermimpi melihat bulan dan bintang bintang yang menerangi
langit malam. Dan berharap ada satu kesatria yang berhati mulia berkorban demi
sebuah rasa tak bernama.
0 komentar:
Posting Komentar